HIPOTESIS PENELITIAN
A. Pengertian Hipotesis
Sistematika
penulisan proposal penelitian pada Bab II terdiri dari: Kajian teori, Kerangka
konseptual dan Hipotesis Penelitian. Jadi perumusan hipotesis merupakan langkah
ketiga yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitiannya, setelah mengemukakan
landasan teori dan kerangka berfikir. Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs.
Sutrisno Hadi MA tentang pemecahan masalah, didapati peneliti seringkali tidak
dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu
akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan.
Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya
yaitu:
1.
Jawaban permasalahan yang berupa
kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui membaca.
2.
Jawaban permasalahan yang berupa
kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah
pengolahan terhadap data.
Adapun proses
awal penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
|
Peneliti dihadapkan pada suatu masalah
|
|
Pemecahannya dengan mengumpulkan informasi
|
|
Hipotesis
|
|
Agar peneliti terfokus pada informasi yang dibutuhkan,
peneliti mencoba menyusun alternatif pemecahannya/ jawaban sementara
|
|
Mencari informasi untuk bukti-bukti bahwa pemecahan
masalah yang peneliti pikirkan benar (bekerja berdasarkan hipotesis)
|
|
Tesa
|
|
Hipotesis
diuji
|
|
Hipotesis
|
Sehingga
hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul,
apabila benar menjadi tesa (kebenaran) atau sebaliknya tumbang menjadi
hipotesis jika tidak terbukti. Sesuai dengan arti katanya, yaitu “hypo” yang
artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Secara
keseluruhan hipotesis berarti dibawah kebenaran, kebenaran yang masih berada di
bawah (belum tentu benar) dan baru dapat
diangkat kebenarannya jika sudah terbukti melelui pengajian empiris. Hipotesis
biasanya dinyatakan dalam kalimat pernyataan.
Terhadap
hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap dua hal:
1.
Menerima keputusan seperti apa adanya
seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
2.
Mengganti hipotesis seandainya melihat
tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis
(pada saat penelitian berlangsung).
Dalam hal ini
peneliti harus objektif tidak boleh memaksakan agar hipotesisnya terbukti
dengan memanipulasi data dan mengumpulkan data yang sesuai dengan keinginan
peneliti.
Untuk
mengetahui kedudukan hipotesis ada tiga hal yang harus diuji antara lain:
1.
Perlu diuji apakah ada data yang
menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat.
2.
Adakah data yang menunjukkan bahwa
akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
3.
Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak
ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut.
Apabila
ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai
kedudukan yang kuat dalam penelitian. G.E.R Brurrough mengatakan bahwa
penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi:
1. Penelitian
menghitung banyaknya sesuatu (magnitude).
2. Penelitian
tentang perbedaan (differencies).
3. Penelitian hubungan
(relationship).
Deobold
Van Dalen mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies yang
termasuk penelitian hipotesis yaitu:
a. Case
studies
b. Causal
comparative studies
c. Correlations
studies
B. Syarat Hipotesis
Hipotesis
merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Oleh
karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan
hipotesis ini dengan jelas.
Borg
dan Gall (1979: 61) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
1.
Hipotesis harus dirumuskan dengan
singkat tetapi jelas.
2.
Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan
adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
3.
Hipotesis harus didukung oleh
teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
C. Jenis-jenis Hipotesis
Ditinjau
dari operasinya ada dua jenis rumusan hipotesis, yaitu:
1.
Hipotesis nol, yakni hipotesis yang
menyatakan ketidak adanya hubungan antara variabel. Hipotesis ini menyatakan
tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X
terhadap variabel Y. Dimana selisih variabel pertama dengan variabel kedua
adalah nol/ nihil. Hipotesis nol disebut juga hipotesis statistik, karena biasanya
dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan
perhitungan statistik.
Rumusan
hipotesis nol:
a. Tidak ada
perbedaan antara... dengan... dalam...
b. Tidak ada
pengaruh... terhadap...
Contoh notasi
hipotesis ini dituliskan dengan “Ho”
a. Tidak
ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
b. Tidak
hubungan sebab akibat antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha
c. Tidak
ada hubungan sebab akibat antara banyaknya makan dengan tingkat kekenyangan
2.
Hipotesis alternatif atau hipotesis
kerja, yakni hipotesis yang menyatakan ada hubungan antar variabel. Dalam
notasi ditulis “Ha”. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel
X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan
hipotesis kerja:
a. Jika...
maka...
b. Ada perbedaan
antara... dan... dalam...
c. Ada
pengaruh... terhadap...
Sesuai
dengan 3 tingkat hubungan variabel, hipotesis terbagi:
1.
Ha terarah (direction) untuk hubungan
dua variabel sejajar tidak dapat dirumuskan hipotesis terarah.
Ha tidak terarah (non direction):
Ada
hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
2.
Ha terarah (direction):
Tingkat kekayaan
berpengaruh terhadap keancaran berusaha.
Ha tidak terarah
(non directional):
Ada pengaruh
tingkat kekayaan terhadap keberhasilan berusaha
pengaruh
keberhasilan berusaha terhadap tingkat kekayaan
3.
Ha terarah (directional)
Banyaknya makan
berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan atau
banyaknya makan
mempengaruhi tingkat kekenyangan
Ha tidak terarah
(non directional)
Ada pengaruh
banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan
Beda
hipotesis alternatif terarah
(directional) dengan hipotesis tidak terarah (non directional) adalah:
1)
Hipotesis terarah ( direction): peneliti
sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap
variabel tergantung
2)
Hipotesis tidak terarah (non direction):
peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas menyatakan
pengaruh tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada pengaruh.
Ditinjau
dari lingkupnya, hipotesis dapat
dibedakan atas hipotesis mayor dan minor.
1. Hipotesis
mayor: hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian.
Contoh: Prestasi belajar dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikan orang tua, kondisi keluarga, kecerdasan,
kelengkapan sarana.
2.
Hipotesis minor: hipotesis memgenari
kaitan sebagian dari variabel atau dengan kata lain pecahan dari hipotesis
mayor.
Contoh Hipotesis
minor:
1. Prestasi belajar
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua
2. Prestasi belajar
dipengaruhi oleh kondisi keluarga
3. Prestasi belajar
dipengaruhi oleh kecerdasan
4. Prestasi belajar
dipengaruhi oleh kelengkapan sarana
D. Kekeliruan yang Terjadi dalam
Pengujian Hipotesis
Benar
dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan tidak terbuktinya
hipotesis tersebut. Seorang peneliti mungkin merumuskan hipotesis yang isinya benar,
tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut
ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan
sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah dicocokkan dengan datanya,
hipotesis yang salah tersebut terbukti. Dalam hal lain dapat terjadi perumusan
hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Kesalahan
penarikan kesimpulan tersebut barangkali disebabkan karena kesalahan sampel,
kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan antara
variabel makan dan variabel kekenyangan yang pada saat pengujian hipotesis ikut
berperan.
Ada
beberapa macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis:
|
Kesimpulan dan
Keputusan
|
Keadaan
Sebenarnya
|
|
|
Hipotesis
benar
|
Hipotesis
salah
|
|
|
Terima
hipotesis
|
Tidak membuat
kekeliruan
|
Kekeliruan
macam II
|
|
Tolak
hipotesis
|
Kekeliruan
macam I
|
Tidak membuat
kekeliruan
|
Selanjutnya
ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam I dinyatakan dengan ɑ
(alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam II dinyatakan dengan β (beta).
Nama-nama ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis kesalahan. Kesalahan
tipe I ini disebut taraf signifikansi pengetesan, artinya kesediaan yang berwujud
besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada
populasi. Besarnya taraf signifikansi ini pada umumnya sudah diterapkan
terlebih dahulu. Untuk penelitian-penelitian di bidang ilmu pendidikan pada
umumnya digunakan taraf signifikansi 0,05 atau 0,01, sedangkan untuk peneliti
obat-obatan yang resikonya menyangkut jiwa manusia, diambil 0,005 atau 0,001,
bahkan mungkin 0,0001.
E. Cara Menguji Hipotesis
Apabila
peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu
akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di
dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif
(Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). Misal dengan asumsi bahwa populasi
tergambar dalam kurva normal. Maka jika kita menentukan taraf kepercayaan 95%
dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat dua daerah kritik, yaitu di ekor
kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2.%.
|
Daerah kritik 2,5%
|
|
Daerah kritik 2,5%
|
|
Daerah Penerimaan
Ho 95%
|
Daerah
kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut daerah
signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis, yang
diarsir, dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikansi. Cara
menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari perhitungan
Z-score
dengan rumus:
Apabila harga
Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak
diterima/ ditolak.
F. Penelitian Tanpa Hipotesis
Perlu
diketahui bahwa tidak selalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis,
seperti: jenis penelitian deskriptif,
historis, filosofif, evaluasi, eksploratif, survei, kasus dan penelitian
development karena tujuan penelitiannya bukan untuk menguji hipotesis tetapi
mempelajari gejala-gejala sebanyak-banyaknya dan hanya ingin memperoleh status
tentang sesuatu.
Ada
bebarapa pendapat mengenai penelitian tanpa hipotesis ini yaitu:
1.
Pendapat pertama mengatakan, semua
penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban
sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada
karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut
dalam problematika maupun tujuan penelitian.
2.
Pendapat kedua mengatakan, hipotesis
hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel
atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu
dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar
diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan
pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian, banyak
hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin
problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis,
tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan.
Contoh:Hubungan
antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan kantor A.
Problematika
1 : Seberapa tinggi motivasi
berprestasi karyawan kantor A? (tidak
dihipotesiskan).
Problematika 2 : Seberapa
tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan)
Problematika
3 : Apakah ada dan seberapa tinggi
hubungan antara motivasi berprestasi
dengan etos
kerja karyawan kantor A?
Hipotesis:
Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan
kantor A.
Jadi, Sebagai
pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan arah dalam
menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan mengambil kesimpulan.
Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk membuktikan hipotesis. Hipotesis
merupakan jawaban sementara yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan untuk
membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis berfungsi sebagai
kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja dan mempermudah dalam penyusunan
laporan penelitian.
KAJIAN PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono.
2011. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar