Pages

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 18 Mei 2015

HIPOTESIS PENELITIAN



HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Hipotesis
Sistematika penulisan proposal penelitian pada Bab II terdiri dari: Kajian teori, Kerangka konseptual dan Hipotesis Penelitian. Jadi perumusan hipotesis merupakan langkah ketiga yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitiannya, setelah mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA tentang pemecahan masalah, didapati peneliti seringkali tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya yaitu:
1.        Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui membaca.
2.        Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.
Adapun proses awal penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Peneliti dihadapkan pada suatu masalah
Pemecahannya dengan mengumpulkan informasi
 




Hipotesis
Agar peneliti terfokus pada informasi yang dibutuhkan, peneliti mencoba menyusun alternatif pemecahannya/ jawaban sementara
                                                                                        
                                              
                                                                          
Mencari informasi untuk bukti-bukti bahwa pemecahan masalah yang peneliti pikirkan benar (bekerja berdasarkan hipotesis)
Tesa
 
Hipotesis diuji
Hipotesis
 


Sehingga hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul, apabila benar menjadi tesa (kebenaran) atau sebaliknya tumbang menjadi hipotesis jika tidak terbukti. Sesuai dengan arti katanya, yaitu “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Secara keseluruhan hipotesis berarti dibawah kebenaran, kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar)  dan baru dapat diangkat kebenarannya jika sudah terbukti melelui pengajian empiris. Hipotesis biasanya dinyatakan dalam kalimat pernyataan.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap dua hal:
1.        Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
2.        Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Dalam hal ini peneliti harus objektif tidak boleh memaksakan agar hipotesisnya terbukti dengan memanipulasi data dan mengumpulkan data yang sesuai dengan keinginan peneliti.
Untuk mengetahui kedudukan hipotesis ada tiga hal yang harus diuji antara lain:
1.        Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat.
2.        Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
3.        Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. G.E.R Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi:
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude).
2. Penelitian tentang perbedaan (differencies).
3. Penelitian hubungan (relationship).
Deobold Van Dalen mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies yang termasuk penelitian hipotesis yaitu:
a. Case studies
b. Causal comparative studies
c. Correlations studies
                                             
B. Syarat Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas.
Borg dan Gall (1979: 61) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
1.      Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
2.      Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih  variabel.
3.      Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.

C. Jenis-jenis Hipotesis
Ditinjau dari operasinya ada  dua jenis rumusan hipotesis, yaitu:
1.        Hipotesis nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidak adanya hubungan antara variabel. Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dimana selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol/ nihil. Hipotesis nol disebut juga hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara... dengan... dalam...
b. Tidak ada pengaruh... terhadap...
Contoh notasi hipotesis ini dituliskan dengan “Ho”
a.       Tidak ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
b.      Tidak hubungan sebab akibat antara tingkat kekayaan dengan kelancaran  berusaha
c.       Tidak ada hubungan sebab akibat antara banyaknya makan dengan tingkat kekenyangan
2.        Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan ada hubungan antar variabel. Dalam notasi ditulis “Ha”. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika... maka...
b. Ada perbedaan antara... dan... dalam...
c. Ada pengaruh... terhadap...

Sesuai dengan 3 tingkat hubungan variabel, hipotesis terbagi:
1.             Ha terarah (direction) untuk hubungan dua variabel sejajar tidak dapat dirumuskan hipotesis terarah.
Ha tidak terarah (non direction):
Ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
2.             Ha terarah (direction):
Tingkat kekayaan berpengaruh terhadap keancaran berusaha.
Ha tidak terarah (non directional):
Ada pengaruh tingkat kekayaan terhadap keberhasilan berusaha
pengaruh keberhasilan berusaha terhadap tingkat kekayaan
3.             Ha terarah (directional)
Banyaknya makan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan atau
banyaknya makan mempengaruhi tingkat kekenyangan
Ha tidak terarah (non directional)
Ada pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan
Beda hipotesis alternatif  terarah (directional) dengan hipotesis tidak terarah (non directional) adalah:
1)        Hipotesis terarah ( direction): peneliti sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel tergantung
2)        Hipotesis tidak terarah (non direction): peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas menyatakan pengaruh tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada pengaruh.
              Ditinjau dari lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan atas hipotesis mayor dan minor.
1.      Hipotesis mayor: hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Contoh:  Prestasi belajar dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua, kondisi keluarga, kecerdasan, kelengkapan sarana.
2.      Hipotesis minor: hipotesis memgenari kaitan sebagian dari variabel atau dengan kata lain pecahan dari hipotesis mayor.
Contoh Hipotesis minor:
1. Prestasi belajar dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua
2. Prestasi belajar dipengaruhi oleh kondisi keluarga
3. Prestasi belajar dipengaruhi oleh kecerdasan
4. Prestasi belajar dipengaruhi oleh kelengkapan sarana
D. Kekeliruan yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan tidak terbuktinya hipotesis tersebut. Seorang peneliti mungkin merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah dicocokkan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut terbukti. Dalam hal lain dapat terjadi perumusan hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Kesalahan penarikan kesimpulan tersebut barangkali disebabkan karena kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan antara variabel makan dan variabel kekenyangan yang pada saat pengujian hipotesis ikut berperan.
Ada beberapa macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis:
Kesimpulan dan Keputusan
Keadaan Sebenarnya
Hipotesis benar
Hipotesis salah
Terima hipotesis
Tidak membuat kekeliruan
Kekeliruan macam II
Tolak hipotesis
Kekeliruan macam I
Tidak membuat kekeliruan

Selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam I dinyatakan dengan ɑ (alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam II dinyatakan dengan β (beta). Nama-nama ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis kesalahan. Kesalahan tipe I ini disebut taraf signifikansi pengetesan, artinya kesediaan yang berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada populasi. Besarnya taraf signifikansi ini pada umumnya sudah diterapkan terlebih dahulu. Untuk penelitian-penelitian di bidang ilmu pendidikan pada umumnya digunakan taraf signifikansi 0,05 atau 0,01, sedangkan untuk peneliti obat-obatan yang resikonya menyangkut jiwa manusia, diambil 0,005 atau 0,001, bahkan mungkin 0,0001.

E. Cara Menguji Hipotesis
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). Misal dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2.%.
Daerah kritik 2,5%
Daerah kritik 2,5%
 


Daerah Penerimaan
   Ho 95%







Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis, yang diarsir, dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikansi. Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari perhitungan
Z-score dengan rumus:
Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak diterima/ ditolak.

F. Penelitian Tanpa Hipotesis
Perlu diketahui bahwa tidak selalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis, seperti:  jenis penelitian deskriptif, historis, filosofif, evaluasi, eksploratif, survei, kasus dan penelitian development karena tujuan penelitiannya bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari gejala-gejala sebanyak-banyaknya dan hanya ingin memperoleh status tentang sesuatu.
Ada bebarapa pendapat mengenai penelitian tanpa hipotesis ini yaitu:
1.        Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
2.        Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan.
Contoh:Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan kantor A.
Problematika 1       : Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak   
                                dihipotesiskan).
Problematika 2       :  Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan)
Problematika 3       : Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi
                                dengan etos kerja karyawan kantor A?
Hipotesis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A.
Jadi, Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan arah dalam menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan mengambil kesimpulan. Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk membuktikan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis berfungsi sebagai kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja dan mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian.

KAJIAN PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About