MAKALAH
IMPLEMENTASI
KURIKULUM
A.
PENDAHULUAN
Sebuah
kurikulum sekolah akan lebih berharga/berbeda jika kurikulum tersebut dapat
memberi hasil pada siswa. Kurikulum yang dirancang dengan baik, haruslah
dilaksanakan di seluruh sekolah, dan berdampak pada siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum tidak akan tercapai jika hanya
dibiarkan setelah dikembangkan. Kurikulum yang telah didesain optimal harus
diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran. Banyak kurikulum yang
telah didesain dan dikembangkan tidak diiplementasikan karena ketiadaan suatu
rencana perubahan dalam keseluruhan suatu sistem persekolahan.
Kurikulum baru yang gagal boleh jadi karena alasan belum mempertimbangkan
pengembangan kurikulum secara kritis. Seringkali, individu dalam sekolah
percaya bahwa usaha kurikulum adalah untuk melengkapi rencana baru yang
dikembangkan. Perhatian lebih banyak diberikan pada permasalahan manajemen dan
organisasi dibanding pada perubahan kurikulum. Banyak individu yang bertanggung
jawab pada kurikulum tidak memprosses suatu pandangan makro perubahan atau
menyadari bahwa inovasi memerlukan perencanaan hati-hati dan monitoring yang
ketat.
Keberhasilan
implementasi/pelaksanaan kurikulum, tidak saja tergantung pada perencanaan,
tapi juga pada gambaran awal tahapan proses pengembangan untuk implementasi
kurikulum.
B. SIFAT
ALAMI IMPLEMENTASI KURIKULUM
Leslie Bishop menyatakan bahwa beberapa tahun yang lalu, implementasi
memerlukan penggantian dan restrukturisasi. Keadaan tersebut masih benar di
abad ini. Implementasi memerlukan penyesuaian kebiasaan pribadi, tindakan,
mengutamakan program, tempat belajar, dan suatu schedule kurikulum. Hal ini
mempunyai pengertian bahwa pendidik bergeser dari program yang sekarang kepada
program yang baru. Pemimpin aktivitas kurikulum sudah menyadari bahwa implementasi
adalah suatu aspek penting pengembangan kurikulum, dalam dua dekade terakhir di
abad dua puluh, implementasi menjadi suatu perhatian bidang utama pendidikan.
Hal ini meningkatkan anggaran menjadi berjuta-juta dolar yang dibelanjakan
untuk mengembangkan proyek kurikulum. Dan banyak projek yang tidak berhasil.
Saat ini, kritikus pendidikan masih mencatat bahwa banyak kurikulum belum
sukses dengan siswanya.
Pada saat mengevaluasi pelaksanaan
kurikulum, kita perlu mempertimbangkan pendapat para pendidik. Setelah meninjau
beberapa proyek inovatif Fullan dan Pomfret mengungkapkan bahwa dalam
pengamatan mereka, implementasi inovasi yang efektif membutuhkan waktu,
interaksi dan kontak pribadi, penataran dan lain-lain. Mereka juga menyebutkan
bahwa guru harus mengetahui dengan jelas tujuan, sifat dan manfaat dari sebuah
inovasi/perubahan kurikulum.
Keith
Leithwood menganggap pelaksanaan kurikulum merupakan proses pengurangan
perbedaan antara praktek yang ada dengan yang disarankan oleh inovator/agen
perubahan. Pelaksanaan kurikulum mempengaruhi perubahan perilaku secara
bertahap, sehingga orang membutuhkan waktu untuk menyetujui suatu perubahan.
Yang harus di ingat adalah, Implementasi/pelaksanaan kurikulum membutuhkan
waktu, karena pelaksanaan kurikulum melibatkan upaya mengubah pengetahuan,
sikap dan tindakan individu. Implementasi adalah proses interaksi antara
orang-orang yang menciptakan program dan yang menyampaikannya.
1. Hubungan
Pelaksanaan terhadap Perencanaan
Keberhasilan
pelaksanaan kuriukulum merupakan hasil dari perencanaan yang cermat. Menurut
Edgar Morphet et al, agar proses perencanaan dan pelaksanaan menjadi efektif
dan bermakna, maka hubungan keduanya haruslah dipertimbangkan dengan cermat.
Perencanaan yang efektif harus berhubungan dengan perubahan yang diinginkan dan
mengidentifikasi apa yang dapat dilaksanakan.
Implementasi
kurikulum membutuhkan perencanaan, perencanaan berfokus pada 3 faktor yaitu orang, program dan organisasi/lembaga.
Ketiga faktor tersebut harus saling mendukung satu dengan yang lainnya. Ada
orang berpendapat hanya dengan satu faktor dapat memfasilitasi pelaksanaan
kurikulum, namun idealnya adalah ketiga faktor ini harus dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kurikulum.
2. Incrementalisme/Penolakkan
Setiap orang
ingin berubah, tetapi mereka juga takut dengan perubahan, terutama perubahan
yang datang dengan cepat dan mereka tidak memiliki kontrol/pengaruh atas
perubahan tersebut. Dunia guru tidak memungkinkan menerima perubahan yang cukup
banyak. Both Fullan dan Goodglad juga mengatakan bahwa rutinitas sehari-hari
guru adalah menyajikan pelajaran, sehingga guru hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk berinteraksi dengan rekannya. Selain itu Seymour
Sarason juga mengomentari bahwa isolasi/pengasingan guru dalam sekolah,
memiliki dampak negatif terhadap perubahan. Menurutnya sekolah membuat guru
merasa profesionaally, guru bertanggung jawab sendiri, dan mereka memecahkan
persoalan sendiri, sehingga guru melihat perubahan dalam program sebagai
kegiatan individu.
Keadaan ini
memberi efek pada psikologis guru, guru merasa tidak menyukai administrator dan
agen perubahan yang dianggap tidak peduli dengan penderitaan guru. Dan Lortie
menyatakan bahwa pada kenyataannya banyak faktor yang mempengaruhi guru
menerima suatu perubahan adalah: Guru memiliki ketahanan untuk berubah,
karena mereka percaya bahwa lingkungan kerja mereka tidak pernah mengizinkan
untuk menunjukkan apa yang benar-benar bisa mereka lakukan. Banyak perubahan
yang ternyata tidak mengatasi berbagai permasalahan.
Guru
memerlukan waktu untuk mencoba program baru yang akan dilaksanakan, untuk
merefleksikan tujuan-tujuan baru, konten dan pengalaman belajar serta mencoba
tugas baru. Selain itu guru juga butuh
waktu untuk menentukan strategi untuk program baru dan diskusi dengan
rekan-rekan sejawat. Hal ini senada dengan Loucks dan Lieberman yang
mengemukakan bahwa guru dapat melalui
tingkatan penggunaan kurikulum baru, yaitu :
1. Guru perlu
waktu menyesuaikan diri dengan bahan dan tindakan yang dibutuhkan untuk
kurikulum baru.
2. Seiring
dengan waktu, guru menerima kurikulum baru, dan berinisiatif memodifikasi
kurikulum, yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan pandangan filsafat
mereka sendiri.
3. Komunikasi
Kemunculan
sebuah program baru yang sedang dirancang, memerlukan adanya saluran komunikasi
terbuka, agar program tersebut tidak muncul secara mengejutkan. Sebuah
implementasi kurikulum akan berhasil dengan adanya diskusi antara guru, kepala
sekolah dan pekerja kurikulum lainnya. Diskusi ini akan mempermudah
memperkenalkan sebuah program baru, dan mempermudah proses pengiriman
pesan/informasi.
Seorang
pemimpin perlu mengkomunikasikan asumsi yang mendasari sebuah program baru, nilai-nilai serta sudut
pandang program baru tersebut pada
stafnya. Jika program baru adalah sebuah perubahan besar dari program yang ada
sebelumnya, maka pemimpin kurikulum dapat mengkomunikasikannnya melalui
pertemuan, lokakarya, demonstrasi dan lain-lain.
Karena itu
kunci keberhasilan sebuah komunikasi adalah Individunya. Philip Phenix menyatakan hambatan nyata untuk
komunikasi bukan teknis tapi manusia. Dengan demikian, pemimpin kurikulum harus
menciptakan iklim yang kondusif untuk terjadinya komunikasi efektif antara
staff pendidikan dengan masayarakat (Perorangan dan komunikasi massa). Semua
orang dipersilahkan untuk menyampaikan pandangan mereka dan mereka bertanggung
jawab untuk berpartisipasi menyampaikan pesan pada pelaksanaan kegiatan
kurikulum.
4. Kerjasama
Agar
perubahan kurikulum berhasil dan dilembagakan, maka harus ada kerjasama antar semua orang yang terlibat
dengan pelaksanaan program. Sebuah tinjauan penelitian mengungkapkan bahwa
keberhasilan pelaksanaan kurikulum akan meningkat, jika guru berpartisipasi
aktif dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum.
Charles
Silberman mengungkapkan bahwa banyak reformasi tahun 1950-an yang menyatakan
bahwa guru-guru keluar dari proses pendidikan. Para inovator menginginkan guru
membuat handout (ringkasan) materi. Guru merasa program hanyalah sebuah
perubahan/pembaharuan yang tidak bisa mereka kendalikan, sehingga program ini
tidak bisa sepenuhnya dapat dilaksanakan. Suatu perubahan akan efektif jika
guru berkomitmen untuk perubahan tersebut dan mengganggap perubahan itu dapat
mengatasi kebutuhan dan masalah yang mereka hadapi.
5. Dukungan
Dalam
pelaksanaan kurikulum juga dibutuhkan dukungan biaya/keuangan. Perancang
kurikulum perlu memberikan dukungan untuk program baru/modifikasi program yang
mereka anjurkan, agar pelaksanaan program segera dilaksanakan. Para pendidik
butuh waktu untuk pelatihan (membahas kebutuhan guru), dan waktu untuk
menyesuaikan diri dengan program baru. Program pelatihan yang efektif harus
fleksibel untuk merespon perubahan kebutuhan guru/staf. Program pelatihan ini
juga sebagai wadah untuk menanggapi keberatan/kekhawatiran guru/staf serta
menilai ketercapaian tujuan.
Pengembangan
dan pelaksanaan program baru membutuhkan dukungan
keuangan. Artinya tanpa dukungan keuangan, pengiriman/penyampaian program
baru ke seluruh kabupaten akan gagal. Jika suatu sekolah membuat program baru
menggunakan dana pemerintah, maka mereka harus menemukan cara untuk mendukung
program tersebut, yang pernah dilaksanakan dengan dana/anggaran rutin sekolah.
Selain itu uang juga dibutuhkan untuk melengkapi bahan dan peralatan agar
melembagakan sebuah program baru. Untuk itu diperlukan kerjasama antar semua
pihak di sekolah, dan kepala sekolah menjadi kunci sukses sebuah inovasi dan
pelaksanaan kurikulum. Selain itu keberhasilan pelaksaan kurikulum juga
membutuhkan kerjasama diantara sesama rekan kerja. Dengan kerjasama ini guru
bisa saling berbagi ide, bersama-sama memecahkan masalah dan membuat bahan ajar
secara kolaboratif (berkelompok).
C.
IMPLEMENTASI KURIKULUM SEBAGAI PROSES PERUBAHAN (INOVASI)
Implementasi kurikulum merupakan
bagian penting dari pengembangan kurikulum, ini berarti kegiatan kurikulum
adalah kegiatan perubahan. Setiap orang yang melakukan perubahan haruslah
memahami perubahan itu sendiri, konsep dan jenis perubahan, dan memungkinkan
individu untuk menentukan sumber perubahan. Perubahan dapat terjadi dalam 2
cara , yaitu:
- Perubahan yang cepat
- Perubahan yang lambat.
Menurut
penelitian, perubahan kurikulum dapat berhasil dilaksanakan (baik secara cepat
dan lambat), ada 5 pedoman untuk
membantu kita menghindari kesalahan dimasa lalu :
1.
Inovasi/perubahan yang dirancang untuk meningkatkan prestasi
siswa
2. Inovasi/perubahan yang sukses
memerlukan perubahan dalam struktur sekolah tradisional.
3.
Inovasi/perubahan
harus dikelola dan layak untuk semua guru (rat-rata guru).
4.
Keberhasilan
pelaksanaan sebagai upaya perubahan harus organik, bukan birokrasi.
5. Hindari sindrom “ melakukan sesuatu,
melakukan apa-apa”.
Kelima
pedoman ini secara sitematis harus saling terkait. Pengguna kurikulum akan
mendapatkan keuntungan dengan mempertimbangkan penerapan mereka dalam konteks
tertentu, pada sekolah sendiri, atau sekolah kabupaten.
1. Sebuah Teori perubahan
Perubahan
adalah hasil dari pengetahuan baru. Lovell dan Wiles menyajikan suatu model
perubahan yang menggabungkan konsep sosial dan psikologis. Model ini
menunjukkan bahwa guru dan siswa merupakan sistem, dan mereka yakin mereka
dapat mencapai tujuan dengan lebih efektif sebagai sistem daripada sebagai
individu. Model ini dapat digunakan untuk berbagai proses perubahan, seperti
proses kepemimpinan, komunikasi dan pemecahan masalah. Proses perubahan
dipengaruhi oleh sistem eksternal (umpan balik dari lingkungan ) dan kekuatan.
Pemimpin kurikulum harus memfasilitasi proses perubahan melalui: a)
kepemimpinan; b) komunikasi; c) pelepasan potensi manusia; d) pemecahan
masalah bersama; dan e)evaluasi.
Lovell dan
willes menunjukan bahwa perubahan dapat dicapai melalui proses yang
berkesinambungan melalui kegiatan pemecahan masalah. Konsekuensi keberhasilan
penggunaan pendekatan ini adalah dengan menciptakan kekuatan eksternal dan
internal baru yang menstimulasi perubahan dan perbaikan sistem kurikulum.
2. Perubahan Tipilogi
Warren
Bennis mengidentifikasi beberapa jenis penggunaan perubahan :
a.
Penggunaan terencana, yaitu perubahan dimana orang
yang terlibat dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan fungsi yang sama
dalam mode yang ditentukan. Perubahan yang terencana adalah ideal.
b.
Perubahan yang ditandai dengan paksaan oleh satu
kelompok menentukan tujuan. Kelompok mempunyai kontrol yang besar dan menjaga
keseimbangan yang tidak setara.
c.
Perubahan Interaksi, yang ditandai dengan penetapan
tujuan bersama, dan antara setiap kelompok memiliki kekuasaan distribusi yang
sama.
Kebalikan
dari perubahan terencana adalah perubahan alam/acak yang terjadi di sekolah,
dimana kurikulum disesuaikan/ dimodifikasi dan diterapkan bukan sebagai hasil
analisis yang cermat, melainkan sebagai respon terhadap kejadian tak terduga,
misalnya adanya tuntutan kelompok tertentu /badan legislatif untuk melaksanakan
suatu program tertentu. Menurut Robert Chin ada tiga jenis strategi
perubahan yang juga dapat dianggap
sebagai tipilogi perubahan:
a.
Strategi Empiris-rasional,
yang menekankan pentingnya mengetahui perlunya perubahan dan memiliki
kompetensi untuk menerapkannya.
b.
Strategi Normatif-reedukatif yang didasarkan pada
rasionalitas dan kecerdasan manusia.
c.
Strategi Kekuatan, mengharuskan individu sesuai dengan
keinginan mereka yang berada dalam posisi unggul mereka. Memaksa individu itu
mematuhi berbagai keinginan dari mereka yang lebih pandai.
3. Mengubah Menurut Kompleksitas
Dalam proses
perubahan ada 5 jenis perubahan yang menggunakan kompleksitas sebagai
penyelenggara:
a.
Pergantian, dimana perubahan menjelaskan penggantian
satu elemen dengan elemen lainnya.
b.
Perubahan, dimana perubahan hadir ketika seseorang
memperkenalkan ke bahan yang ada, item dan konten baru, bahan atau prosedur
yang berkemungkinan untuk lebih mudah diadopsi.
c.
Gangguan, yakni perubahan awalnya bisa mengganggu
program, tapi kemudian pemimpin kurikulum dengan sengaja menyesuaikannnya
dengan program yang sedang berlangsung dalam jangka waktu yang singkat.
d.
Restrukturisasi, yakni perubahan yang menyebabkan
modifikasi dari sistem itu sendiri.
e.
Perubahan orientasi nilai, yakni pergeseran filosofi
dasar peserta atau orientasi kurikulum.
4. Perlawanan/resitensi Perubahan
Banyak guru
yang kewalahan dengan perubahan yang diusulkan dan implikasinya. Guru melihat
kurikulum baru mengharuskan mereka untuk mempelajari keterampilan mengajar
baru, mengembangkan kompetensi baru dalam pengembangan kurikulum, pengelolaan
sumber belajar atau memperoleh keterampilan baru dalam hubungan interpersonal.
Kenyataan dalam beberapa kasus, banyak program pendidikan guru yang gagal untuk
mengembangkan kompetensi yang diperlukan guru untuk menjadi peserta aktif dalam
inovasi.
Menurut
Everett Rogers ada beberapa hambatan untuk mendapatkan orang yang terlibat
dalam perubahan. Mereka saat ini masih :
a.
Ada penghargaan/reward kecil untuk menjadi inovator
pendidikan.
b.
Pendidikan tidak diatur dengan agen perubahan,
seseorang yang memberikan bantuan atau jawaban pertanyaan.
c.
Inovasi pendidikan memiliki keunggulan merata atas
ide-ide atau program yang mereka gantikan.
d.
Keadaan inovatif di sekolah sering tidak menjadi
tanggung jawab individu, dan beberapa proses dan struktur formal untuk
perubahan ada di sekolah.
e.
Metode difusi di sekolah tidak jelas menjelaskan, ada
berapa jalan komunikasi dan tindak lanjut untuk program baru.
5. Peningkatan Penerimaan Terhadap Perubahan
Kegiatan kurikulum melibatkan pemikiran
dan tindakan manusia. Implementasi kurikulum juga merupakan proses kelompok
yang melibatkan individu yang bekerja bersama-sama. Pemimpin Kurikulum juga
dapat meningkatkan kemauan pendidik untuk berubah dengan "menghubungkan"
kebutuhan dan harapan individu dengan orang-orang dalam organisasi. Setiap
orang memiliki kebutuhan dan harapan, ia mengharapkan untuk memenuhinya dalam
organisasi sekolah tertentu. Getzels dan Guba telah menciptakan model yang
menggambarkan hubungan utama antara kepribadian individu dan kebutuhan serta
peran lembaga yang diharapkan. Ada beberapa pedoman yang dapat
membantu individu meningkatkan penerimaan mereka untuk inovasi kurikulum:
a.
Aktivitas/kegiatan kurikulum haruslah bekerjasama.
b.
Beberapa orang menyukai perubahan, dan beberapa
orang tidak menyukai perubahan.
c.
Inovasi adalah subjek perubahan.
d.
Tepat waktu adalah kunci untuk orang
meningkatan penerimaan untuk inovasi.
D. MODEL
IMPLEMENTASI KURIKULUM
Pemilihan Model Implementasi kurikulum sering tergantung
pada pilihan filosofis. Ben Harris menjelaskan bahwa strategi yang ditawarkan
untuk mengembangkan pendidikan tidak mudah untuk diidentifikasi. Ben Harris
mengamati bahwa usul umum untuk strategi perubahan meliputi: 1) menjelaskan
bentuk otoritas; 2) menyertakan peserta dalam penentuan tujuan, pemilihan staf,
dan evaluasi; 3) penetapan peran dan tanggung-jawab guru; 4) pelatihan personil
dalam strategi perubahan dan teknik resolusi konflik; dan 5)
melengkapi sebagian dampak dengan melibatkan dukungan.
1.
Mengatasi Penolakan Terhadap
Perubahan Model
Mengatasi penolakan terhadap perubahan model
(ORC) model didasarkan pada asumsi menurut Neal Gross, bahwa keberhasilan atau
kegagalan dari upaya perubahan organisasi yang direncanakan, pada dasarnya
adalah sebuah fungsi dari kemampuan para pemimpin untuk mengatasi penolakan
staf terhadap perubahan yang ada sebelum, atau pada saat pengenalan inovasi.
Kebanyakan orang dalam organisasi prihatin tentang perubahan karena mereka akan
bekerja lebih keras tapi tidak/kurang dibayar. Manajer bahkan menolak perubahan
karena mereka takut posisi mereka akan menjadi lemah atau mereka akan lebih
jauh dari kekuasaan. Manajer harus ingat prinsip utama untuk menangani orang
dalam suatu sistem yaitu kita harus
membujuk dan memotivasi bawahan bukan memerintah mereka, sehingga mereka
benar-benar ingin memiliki cara (perubahan) baru tersebut.
Salah satu strategi untuk
mengatasi penolakan terhadap perubahan adalah perimbangan kekuasaan antara
manajemen dan anggota organisasi,
administrator sekolah dan guru. Hall dan Loucks telah mencatat bahwa kekhawatiran
dapat dikelompokkan ke dalam empat tahapan perkembangan yang luas :
Tahap 1
: Kekhawatiran yang tidak
terkait. Pada tingkat ini guru tidak memahami
hubungan antara diri dan perubahan yang disarankan. Misalnya, jika
program ilmu baru sedang diciptakan di sebuah sekolah, guru akan mengetahui
upaya, tetapi tidak akan mempertimbangkan bahwa dia akan dipengaruhi oleh
keterkaitan dengan upaya.
Tahap 2 : Keprihatinan
pribadi. pada tahap ini, individu bereaksi terhadap inovasi dalam kaitannya
dengan situasi pribadi. berkaitan dengan bagaimana mereka membandingkan program
baru dengan program yang sedang berjalan, khususnya untuk mengetahui apa yang
dia lakukan.
Tahap 3 : Keprihatinan
yang berkaitan dengan tugas. Keprihatinan yang menonjol pada tingkat ini
berhubungan dengan penggunaan inovasi di dalam kelas.
Tahap 4 :
Keprihatinan terkait Dampak.
Ketika bereaksi pada tahap ini, seorang guru lebih memperhatikan bagaimana
inovasi akan berdampak lain pada seluruh organisasi. Mereka tertarik untuk
mengetahui bagaimana porgam baru mempengaruhi siswa, rekan-rekan dan masyarakat.
Ketika bekerja dengan ORC Model pendidik harus
berurusan secara langsung dengan keprihatinan pada tahap 2,3 dan 4. Jika mereka
mengabaikannya maka tidak akan ada orang yang membeli inovasi, atau akan
berurusan dengan cara yang tidak dimaksudkan dalam konsepsi program. Sering
masalah tersebut dapat diatasi oleh pemimpin kurikulum yang menjaga semua staf
,informasi inovasi dan mereka yang melibatkan orang-orang yang akan langsung
dipengaruhi dalam keputusan-keputusan awal mengenai inovasi.
2. Kursus Hambatan
Kepemimpinan Model.
Model lain yang
berurusan dengan pelaksanaan adalah kursus hambatan kepemimpinan (LOC) Model.
Model ini tumbuh dari karya Neal Gross untuk menentukan keberhasilan atau
kegagalan organisasi. Pada dasarnya secara umum LOC Model mengatasi penolakan
untuk mengubah model. Perlakukan ini menolak perubahan sebagai masalah dan
mengusulkan bahwa data yang harus dikumpulkan untuk menentukan tingkat dan
sifat perlawanan. Idenya adalah untuk para pemimpin yang menetralisir hambatan
ini. Mereka dapat melakukan ini dengan memastikan lima kondisi/tahap yang ada:
a.
Anggota Organisasi harus memiliki pemahaman yang jelas
tentang inovasi yang diusulkan.
b.
lndividu dalam organisasi harus diberikan keterampilan
dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan proses inovasi
c.
Bahan dan peralatan
yang diperlukan untuk inovasi harus dilengkapi
d.
Organisasi sekolah dalam
hal ini harus dimodifikasi sehingga cocok dengan inovasi yang disarankan.
e.
Peserta dalam inovasi
harus termotivasi untuk menghabiskan waktu diperlukan dan usaha untuk
membuat inovasi yang sukses.
Pemimpin Kurikulum
bertanggung jawab untuk menjamin bahwa lima kondisi ini hadir selama waktu/masa
pelaksanaan percobaan. Wewenang proses manajemen itu sendiri untuk menetapkan
kondisi ini. LOC model meluas menjadi ORC model.
LOC model ini
mempertimbangkan perubahan pendidikan sebagai tiga tahapan berurutan:
a.
Inisiasi
b.
Percobaan pelaksanaan
c.
Penggabungan
Dalam model ini manajemen tidak hanya bertanggung jawab untuk
mengatasi perlawanan pada upaya awal perubahan, manajemen juga harus membangun
dan memelihara kondisi yang diperlukan agar tugas dapat dicapai selama
pelaksanaan percobaan dan juga selama pemeliharaan program didirikan. Dalam
tahap kedua model ini, keterampilan dan kemampuan baru guru akan diperlukan untuk mengimplementasikan program
baru. Mereka menyarankan untuk mengembangkan keterampilan mereka yang kurang,
dapat dikembangkan melalui kegiatan pelatihan.
Program baru memerlukan
bahan-bahan baru, seperti yang ditunjukkan oleh tahap ketiga. Guru ikut
menyatakan apa bahan akan diperlukan. Pemimpin akan menjamin dana yang
diperlukan untuk menyiapkan bahan-bahan
dan peralatan yang diperlukan untuk mengajar program studi sosial baru. Sebagai
bagian dari tahap keempat, ruang dan jadwal akan disesuaikan. Harus adanya
modifikasi organisasi sekolah yang disesuaikan dengan inovasi yang disarankan ,
misalnya untuk Pembelajaran kooperatif, maka kelas pun juga disesuaikan dengan
keadaan yang mendukung terjadinya pembelajaran kooperatif tersebut.
3. Linkage Model
Linkage model yang
dikembangkan oleh Ronald Havelock mengakui bahwa ada inovator di pusat
penelitian dan pengembangan, Universitas, dan sistem sekolah. Pendidik,
menemukan beberapa upaya inovasi yang tidak pantas untuk memecahkan masalah
sekolah. Yang dibutuhkan adalah kecocokan antara masalah sekolah dan inovasi
pembentukan hubungan inovasi. Titik awal untuk perubahan pendidikan adalah
proses pemecahan masalah, pengguna harus
mengungkap informasi yang relevan dengan masalah diidentifikasi nya.
Interaksi sangat
berguna bagi pengguna untuk mendapatkan keefektifan hubungan antara sumberdaya
sistem dan sistem pengguna. Sumber sistem harus memiliki gambaran yang jelas
dari masalah pengguna jika itu adalah untuk mengambil atau membuat sesuai
pengetahuan atau paket pendidikan. Sumber sistem juga harus mengirimkan solusi
yang mungkin untuk pengguna. Keberhasilan sumber sistem harus melanjutkan
melalui siklus diagnosis, pengambilan, fabrikasi solusi, penyebaran, dan
evaluasi untuk menguji produk.
Dalam linkage model
proses dasar adalah transfer pengetahuan. Di sekolah yang menggunakan model
ini, seluruh tujuan dikembangkan dan menguji coba melalui tahap diagnosa
masalah, mencari, perbaikan, dan seterusnya, sehingga pengetahuan dapat
ditransfer ke seluruh staf sekolah dengan cara yang akan memungkinkan mereka untuk
melihat relevansi inovasi dan merasa nyaman dan terampil dalam implementasinya.
4. Model Pengembangan
Organisasi.
Schmuck dan Miles
memposisikan banyak pendekatan pengembangan pendidikan dari tahun 1960-an dan
l970s tidak berhasil karena para pemimpin beranggapan bahwa mengadopsi adalah
sebuah proses rasional. Berbicara pandangan seperti memaksa para pemimpin untuk
mengandalkan pada aspek teknis inovasi dan Difusi. Schmuck dan Milles
menyarankan pengembangan organisasi atau OD adalah sebagai pendekatan yang
lebih baik.
Untuk memahami model
perubahan ini, pemimpin perlu menyadari bahwa ada beberapa pandangan
organisasi. Beberapa ilmuwan sosial menyimpulkan organisasi sebagai gabungan
individu atau kelompok yang datang bersama-sama untuk mencapai tujuan dan
sasaran tertentu, dengan menggunakan fungsi berbeda yang terkoordinasi secara
rasional dan diarahkan menurut beberapa jadwal. Pandangan ini mengacu pada
sebuah struktur birokrasi.
Melihat implementasi
dari sikap organisasi, pendidik menyadari bahwa organisasi dapat menciptakan
kondisi yang secara signifikan mempengaruhi bagaimana individu memahami inovasi
dan cara-cara melaksanakannya. Chris Argyris dalam sebuah diskusi tentang
konsep organisasi belajar, mencatat bahwa belajar terjadi ketika sebuah organisasi
mencapai kesesuaian antara apa yang direncanakan untuk tindakan dan hasil
aktual dari rencana yang diimplementasikan.
Blake dan Mouton telah
menguraikan beberapa prinsip-prinsip pengembangan organisasi dengan penerapan
pendidikan:
a.
Unit perubahan adalah sebuah organisasi yang otonom
dan bertanggung jawab untuk dirinya sendiri. Unit OD harus mengandung otoritas
penting untuk menetapkan arah baru dalam dirinya.
b.
Kepemimpinan harus secara
aktif terlibat dalam pengambilan keputusan untuk membawa perubahan yang
dibutuhkan.
c.
Seluruh sistem manusia dalam organisasi
harus terlibat
d.
Mereka bertanggung jawab
untuk mengelola perubahan, perlu diberi kesempatan untuk mempelajari
konsep-konsep dari perilaku pemimpin.
OD melibatkan pelatihan
kelompok, bukan individu dalam komunikasi dan keterampilan pemecahan masalah.
Hal ini membutuhkan orang untuk membentuk kelompok dan bertekad agar sistem
berfungsi efisien. Ini mendorong anggota untuk berkolaborasi(bekerjasama) dalam
kelompok untuk memecahkan masalah mereka sendiri.
5. Rand Agen Perubahan
Model
Model ini diciptakan
oleh Rand Corporation dalam upaya evaluasi pada tahun 1970-an, ada empat program federal yang utama:
a.
Undang-undang pendidikan
sekolah dasar dan menengah, judul III (inovatif proyek)
b.
Undang-undang pendidikan
dasar dan menengah, judul VII (dwibahasa proyek)
c.
Undang-undang pendidikan
kejuruan (teladan program)
d.
hak untuk membaca Program.
Dari penelitian mereka,
Rand menyimpulkan bahwa hambatan utama untuk mengubah tampaknya berada dalam
dinamika organisasi sekolah setelah keputusan yang telah dibuat untuk
mengadopsi Program baru atau praktek. Rand Model menunjukkan tiga tahap dalam
proses perubahan:a) Inisiasi, b) Implementasi, c)Penggabungan.
Setelah pemimpin kurikulum
mencapai dukungan dari anggota organisasi aktivitas perubahan memasuki tahap berikutnya. Pada tahap
ini, usulan perubahan atau program dan organisasi lokal sekolah dimodifikasi
untuk beradaptasi dengan program atau prosedur. Asumsinya adalah bahwa
keberhasilan implementasi
adalah fungsi karakteristik usulan perubahan, kemampuan pengajaran dan staf
administrasi. sifat masyarakat setempat, dan struktur organisasi sekolah.
E. PERANAN AGEN
PERUBAHAN
Upaya
perubahan memerlukan agen perubahan. Agen perubahan mungkin bisa siswa, guru, administrator, konsultan, dosen,
karyawan, orang tua, warga awam, dan pejabat politik yang tertarik dalam
pendidikan. Mereka sering dapat memainkan peran yang berbeda pada waktu yang
berbeda dalam proses perubahan, tergantung keahliannya.
Hampir
semua orang di komunitas pendidikan dapat menjadi inisiator. Inisiator tetap
dengan upaya perubahan
keseluruhan. Inisiator katalis dan tidak aktif terlibat dalam salah satu tahap
kurikulum perubahan. Kesuksesan proyek perubahan selalu pada fase inisiasi
dengan beberapa orang (atau kelompok) sebagai pemprakarsa.
1. Guru sebagai Pemprakarsa.
Guru memainkan peran
utama dalam program perbaikan. Guru dapat membantu melaksanakan perubahan
karena mereka tahu iklim organisasi sekolah dan mereka mendukung orang-orang
yang terlibat dalam perubahan. Kepala sekolah telah menciptakan suasana di mana
ada hubungan kerja yang baik antara guru, dan guru bersedia mengambil risiko
untuk menciptakan dan memberikan program dinamis, dan memungkinkan program perubahan akan dilaksanakan.
2. Kepala Sekolah sebagai Pemprakarsa
Kepala sekolah
memainkan peran yang besar dalam program perbaikan. Mereka dapat membantu
keberhasilan pelaksanaan perubahan karena mereka tahu iklim/suasana organisasi
sekolah dan mereka mendukung orang terlibat dalam perubahan. Berman dan Mc.
Laughin menunjukan bahwa pentingnya kepala sekolah dalam Studi Rand. Kontribusi utama Kepala sekolah untuk implementasi, menurut para peneliti
rand bukanlah bagaimana melakukan nasihat, yang biasanya ditawarkan oleh direktur
proyek atau konsultan, tetapi dalam memberikan dukungan moral kepada staf dan
dalam menciptakan iklim organisasi yang memberikan kekuasaan proyek.
- Koordinator Fasilitator
Fasilitator dari dalam organisasi sekolah
berkonsentrasi pada proses pengembangan kurikulum, pelaksanaan dan evaluasi.
Guru dan kepala sekolah juga dapat memainkan peran ini. Kepala sekolah dapat
menjadi fasilitator ketika ia bekerja untuk membangun unit organisasi produktif
yang memungkinkan untuk perencanaan koperatif dan kelompok musyawarah. Prinsip
seorang fasilitator ketika ia menciptakan dan menumbuhkan iklim yang
profesional serta pertumbuhan dan keterampilan kepemimpinan antara staf. Jika
guru secara aktif terlibat dalam pengembangan kurikulum, kemudian kepala
sekolah harus membebaskan mereka dari beberapa
tugas mereka sehingga mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas baru
mereka.
- Pengawas
Proses pengembangan kurikulum dan pelaksanaan
memerlukan pengawasan. Pengawas harus memantau apa yang terjadi dan menentukan
apakah tindakan ini sesuai, terutama di tingkat pelaksanaan. Selain itu selama
tahap implementasi kurikulum, tidak hanya cara mengajar yang diawasi tetapi
juga konten yang sedang dibahas.
Supervisor menyadari bahwa mereka harus mengubah
taktik mereka tergantung pada situasi dan para peserta. Roland Doll menunjukkan
bahwa supervisor memiliki 3 tugas utama:
a.
Membantu keseluruhan
fakultas dalam menentukan tujuan pendidikan dan pemantauan tindakan profesional
untuk melihat bahwa tujuan ini ditaati
b.
Instruksional
kepemimpinan demokratis dan
c.
menjaga saluran
komunikasi dalam organisasi sekolah dan antara sekolah dan masyarakat saling
terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Ornstein,
A and Hunkins, F.P. 2004. Curriculum
Foundations Principles and Issues. New York: Prentice Hall.